Sabtu, 06 September 2008

Bahaya Komputer

Tokyo, Senin
Diperlukan usaha dari seluruh penduduk dunia untuk mengurangi kerusakan lingkungan akibat komputer dan piranti pendukungnya, demikian menurut hasil penelitian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Mengapa demikian? Berdasar riset, ternyata untuk membuat sebuah mesin komputer diperlukan bahan kimia dan bahan bakar fosil sepuluh kali lebih berat dari bobot komputer itu. Padahal banyak dari bahan-bahan kimia tersebut beracun, sedangkan bahan bakar fosil akan mengakibatkan pemanasan global.

Tidak hanya itu, pendeknya umur piranti komputer saat ini, menyebabkan banyaknya barang rongsokan elektronik. Seperti diketahui, buangan tersebut seringkali mencemari lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan.

Oleh karenanya, para peneliti menyarankan para pembuat dan pengguna komputer di seluruh dunia agar lebih memilih meng-upgrade atau menggunakan kembali hardware komputer daripada membuang dan mengganti dengan yang baru.


Sepuluh kali beratnya

Saat ini, seiring dengan hadirnya komputer yang hemat energi dan instrumen-instrumen yang makin kecil dan ringkas, banyak orang menduga kerugian lingkungan yang ditimbulkannya juga makin sedikit. Namun riset menunjukkan hal sebaliknya.

Ditemukan bahwa pembuatan PC (bersama monitor) seberat 24 kilogram, ternyata membutuhkan sedikitnya 240 kg bahan bakar fosil untuk menyediakan tenaga, dan 22 kg bahan kimia. Selain itu, dibutuhkan pula 1,5 ton air sebelum PC yang sekarang Anda pakai meninggalkan pabriknya.

Dibandingkan dengan mobil atau lemari es, yang proses pembuatannya hanya memerlukan antara satu hingga dua kali bahan bakar fosil dari berat produk, jelaslah bahwa pembuatan lebih dari 130 juta komputer di seluruh dunia menimbulkan dampak yang sangat besar bagi lingkungan.


Bahan berbahaya

Study juga menyebutkan bahwa resiko kesehatan yang dihadapi manusia karena komputer sesungguhnya lebih besar dari yang diperkirakan. Bahan kimia seperti lapisan anti api bromine dan logam-logam berat termasuk timah dan kadmium merupakan ancaman bagi pekerja pabrik komputer serta masyarakat di sekitar tempat pembuangan komputer.

Sejauh ini, hanya sedikit penelitian yang dilakukan untuk mengetahui dampak pembuatan komputer ini. Tak heran bila penelitian PBB menghasilkan temuan yang tidak disangka.

Rektor Universitas PBB di Tokyo, Hans van Ginkel, mengatakan, "Penelitian ini menunjukkan dengan jelas bahwa pemahaman kita mengenai dampak lingkungan dan kesehatan akibat komputer masih sangat terbatas. Kita tidak lagi bisa mengabaikan potensi timbulnya masalah serius jangka panjang nantinya."

Mengenai usaha Uni Eropa yang meminta agar industri elektronik ikut bertanggung jawab atas barang-barang bekas hasil produknya, para peneliti menganggapnya sebagai suatu langkah maju, namun menghimbau juga pada para pengguna agar ikut berperan aktif.

"Tiap pengguna komputer memiliki peran yang harus dilakukan," kata Eric Williams, salah seorang peneliti. "Mereka harus berpikir dua kali ketika akan membeli komputer baru. Bila meng-upgrade mesin yang sudah ada bisa dilakukan, maka sebaiknya langkah itu yang dipilih agar tidak terlalu banyak bahan buangan."

Di samping itu, meski komputer modern menggunakan energi relatif lebih sedikit saat dioperasikan, tapi banyak energi terbuang percuma kadang mesin dibiarkan selalu menyala walau tidak dipakai sepanjang malam.

Bahkan piranti yang hemat energi sekalipun, yang secara otomatis mampu berubah dalam mode standby, tetap bisa memboroskan energi karena mereka secara berkala akan "dibangunkan" oleh lalu lintas di server bila ia terhubung ke jaringan. (BBC/wsn)


Dikutip tanpa perubahan dari www.kompas.com

0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Site Search